Kopi Pagi Edisi Januari, Pekan Ke 2
Halaman tiga belas dari tiga ratus enam puluh lima.
Kau terjaga, dengan banyak pertanyaan di kepala. Rasanya: waktu berlalu cepat, dan kau merasa selalu terlambat. Terlambat dari saudara-saudaramu, terlambat dari teman-temanmu, terlambat dari tetanggamu, dan yang paling membuatmu tidak menerima kenyataan adalah: bahwa kau juga terlambat dari dia yang pernah kau anggap tidak mampu apa-apa.
Kau menangis. Hari masih pagi, dan kau sudah meneteskan air mata karena merasa terlambat. Dalam pekerjaan, dalam hubungan, bahkan dalam mencintai diri sendiri.
Dari sini, melalui jendela kaca dari sebuah sudut kota: izinkanku menuliskan beberapa hal. Jika tidak bisa jadi motivasi, maka anggaplah sebagai teman menangismu di pagi hari.
Pertama: tidak ada yang terlambat dalam hidup ini. Ya, baiklah, teman-teman sudah duluan sampai, tapi apa itu berarti kau terlambat? tentu saja tidak. Setiap kita memiliki garis edarnya masing-masing. Tujuan yang ingin dicapai juga berbeda. Karenanya, berhenti menangis.
Kau tidak terlambat.
Kau hanya perlu bergerak di garis edarmu sendiri dengan menambah kekuatan, kesabaran, ketangguhan, perencanaan, terus melaju. Insyaa Allah akan sampai. Pasti sampai.
Kedua: kenapa harus kau? karena kau sanggup. Tidak perlu meratapi lagi, angkat kepalamu, tarik kedua ujung bibirmu, tersenyumlah.
Ketiga: jangan merasa sendiri, sebab memang kau tidak pernah sendiri. Keluarlah dari kamarmu, lihatlah suasana pagi. Langit dengan mentari di ufuk timurnya, daun-daun yang menari bersama angin, suara air yang mengalir, itu mendamaikan.
Jangan berlari di garis edar orang lain, jangan membandingkan perjalanan hidupmu dengan hidup orang lain.
Berhenti menyalahkan diri sendiri, peluk erat, dan katakan "aku sedang berjalan di garis edarku sendiri, mencapai tujuan diri sendiri, jadi tidak masalah kapan aku sampai, melainkan bagaimana cara aku sampai."
Posting Komentar untuk "Kopi Pagi Edisi Januari, Pekan Ke 2"