PUISI: Selain Mendoakanmu, Aku Bisa Apa?
Dua belas jam, 99 menit, 15 detik.
Saya terjebak pada lembaran kertas layar beserta bergelas-gelas kopi kesukaanmu. Sekarang aku mengerti tentang arti sibuk versimu. Itu melelahkan, namun setelah segalanya selesai; itu membahagiakan.
Netraku menatap langit kamar yang dingin, melegakan nafas yang ribuan menit lalu terpenjara, lantas seperkian detik: aku memikirkanmu.
Apa kamu bahagia hari ini?
Saya harus membereskan kekacauan ini: Lembar yang tercecer, sebelas gelas kopi, buku-buku, serta rindu.
Sebelum bait-bait ini selesai, saya teringat sebuah tulisan dan ingin engkau membacanya. Isinya begini:
Tugasku hanyalah sebatas mendoakan. Selebihnya kuserahkan pada Tuhan. Kamu atau bukan, itulah ketetapan.
Posting Komentar untuk "PUISI: Selain Mendoakanmu, Aku Bisa Apa?"